Saat ini, Harimau Sumatera menjadi satu-satunya subspesies harimau atau Panthera tigris yang masih tersisa di Indonesia dan hampir berada pada ambang kepunahan. Sesuai dengan namanya, Harimau Sumatera merupakan satwa endemik Pulau Sumatera. WWF mengatakan bahwa Harimau Sumatera memiliki badan paling kecil dibanding subspesies lain dengan panjang mencapai 2,5 meter dan berat 140 kilogram. Warna bulunya pun lebih gelap dari jenis harimau lain dan bervariasi dari warna kuning kemerahan sampai oranye gelap dengan belang berwarna hitam.
Sementara itu, keberadaan harimau sangatlah penting penting, sebab binatang itu tergolong spesies payung (umbrella species). Perlindungan terhadap hewan tersebut secara tidak langsung juga akan melindungi spesies lain yang hidup di habitat yang sama. Di Sumatera, ada enam daerah yang dilindungi untuk melestarikan harimau, yakni Ulumasen-Leuser, Kampar-Kerumutan, Bukit Tigapuluh, Kerinci Seblat, Bukit Balai Rejang Selatan, dan Bukit Barisan Selatan.
Dalam kegiatan patroli rutin yang dilakukan oleh Tim Rimba Satwa telah menemukan jerat buatan manusia. Menurut Thomas N. E. Gray, dkk dalam “The Wildlife snaring crisis: an insidious and pervasive threat to biodiversity in Southeast Asia” (2017), perangkap berbentuk jerat merupakan alasan terjadinya defaunation atau punahnya spesies di kawasan Asia Tenggara. Jerat dapat dibuat dengan mudah dan murah serta digunakan dalam jumlah banyak, tapi sangat susah dikenali. Selain itu, ia menjerat korban tanpa pandang bulu. Hewan sebesar gajah hingga binatang sekecil burung bisa menjadi korban.
Tag:
www.rimbasatwa.or.id/
www.belantara.or.id/
comment 0 komentar
more_vert