Bagi sebagian besar mahasiswa dan lulusannya, kuliah itu cuma jadi sarana buat gengsi-gengsian, alias cuma berpikir sebatas ‘aman nyari kerja dengan ijazah kuliah’. Beberapa yang lain memilih kuliah lagi (S1/S2) sebagai pelarian karena ‘takut’ kerja. Beberapa ada yang beranggapan bahwa dengan kuliah lagi akan lebih mudah mencari kerja. Sayang banget, iya sayang banget sama mantan. Kita tau, degree only enters you at interview section.
Ketika kita pertama kali masuk kuliah, ekspektasi kita akan sangat tinggi bahwa kehidupan setelah lulus akan berjalan mulus. “Gue kan sarjana, pasti gampang dapet kerja.” Padahal faktanya, kita bisa liat sendiri di event-event job fair. Udah kayak padang mashar.
http://floridacareercenters.org |
Kuliah itu memang banyak mengajarkan tentang kemandirian, apa-apa sendiri: masuk kuliah sendiri, bayar SPP sendiri, bikin skripsi sendiri, lulus ngurus sendiri, nyari kerja sendiri. Jangan berharap banyak sama kampus atau predikat kamu. Setelah lulus, kita nggak akan lagi dihiraukan sama kampus, believe me. Dosen, orang-orang dekanat atau rektorat, akan kembali mengurusi orang-orang baru yang datang. Mereka hanya akan peduli jika kamu punya posisi bagus di perusahaan atau punya dana untuk didonasikan. Urusan kamu udah kerja apa belum, it’s your matter!
https://sleepyhead48blog.wordpress.com |
Makanya, ini saran yang klise, bagi kamu yang hanya mengandalkan ijazah aja, mungkin kamu bisa dapet pekerjaan dengan mudah, tapi banyak temenku di luar sana yang akhirnya nggak bahagia saat kerja, karena rendahnya motivasi diri: kerja beberapa bulan, minta resign. So, make a preparation.
Yes, pengetahuan akademik itu nggak cukup, harus punya skill dan soft skill pembeda dengan lulusan yang lain, misalnya jago marketing, jago bahasa inggris, jago mencukur kumis, jago mencukur bulu kaki, dan skill lainnya.
“Yang lebih penting dari skill dan yang akan membuat kamu survive, adalah karakter kamu.”.
Sumpah, jangan mengulangi kesalahan yang sama, bagi kamu yang kuliah salah jurusan, pasti ngerasain gimana nggak enaknya menjalani sesuatu yang nggak disukai. Ketika nanti kerja, jangan lagi bekerja cuma karena tawaran posisi atau gaji yang menggiurkan, kita bekerja kan nggak selamanya untuk uang.
https://hellosehat.com |
Sebisa mungkin, kita bisa kaya dan bahagia dari pekerjaan yang kita suka. Yah, semua orang pengennya begitu. Cuma gimana cara mengawalinya? Kadang kita harus menerjang badai untuk melihat pelangi. Jalani aja sesuatu yang disukai, fokus, hadapi strugle-nya, usaha pasti sampai.
Aku melihat sendiri, temen-temenku, mau dulunya aktifis, agamis, idealis, berkudis, bagi yang nggak kuat, ujung-ujungnya mereka akan terperangkap dengan desakan kebutuhan, “Kerja di mana dan apa aja, yang penting bisa makan.“, tapi setelah beberapa bulan bekerja, minta resign. Kemudian nyari pekerjaan baru dengan alasan yang sama, dan setelah beberapa bulan bekerja, minta resign lagi. Seandainya dia nggak mudah berpindah pekerjaan, mungkin dia sudah punya jabatan tertentu.
https://ndeso94.com |
Sumpah! Kebanyakan mahasiswa itu idealis abis, tapi setelah lulus, kebanyakan mereka bingung sendiri, “Oh why? Mungkin ini kharmaku dulu sering menuntut pemerintah, sekarang gantian gue dituntut sama hidup.”
It’s related, mungkin koruptor saat ini, dulunya juga mahasiswa idealis yang kemudian setelah lulus terdesak sama kebutuhan, karena desakan kebutuhan, segala cara dia halalkan. Don’t be like them.
Hidup ini emang nggak mudah, banyak di antara kita memilih menyerah, padahal bisa jadi esok hari jadi cerah. Kalo kita masih galau dengan urusan rejeki, artinya kita kurang yakin ada Tuhan Yang Maha Memberi.
https://myfitriblog.wordpress.com |
Kalau kita kurang yakin besok mau makan apa, itu artinya kamu sedang menghina Tuhan yang maha pemberi segalanya.
Njir... ini tulisan apa...
comment 0 komentar
more_vert