Kemarin aku ikutan buka puasa bareng (bukber) yang kesekian kali di bulan puasa. Seperti biasa, bulan puasa bukannya menghemat, yang ada jadi melarat.
As we know, tradisi bukber itu nggak jauh-jauh dari ngobrol dan tanya-tanya kabar–terutama tanya-tanya seputar ‘Kapan lulus?’, ‘Kapan kerja?’, ‘Kapan kawin?’, ‘Kapan lompat monas?’, dsb.
Selain itu, yah… tema apalagi yang paling sering dibahas pas bukber kecuali soal mengenang masa-masa sekolah/kuliah.
Kurang lebih angkatanku udah lulus 1 tahun lalu. Diinget-inget dulu dan sekarang, ada temen yang pas kuliah kurus banget, sekarang malah jadi yang paling buncit – kebanyakan makan uang negara kayaknya, dan cewek-cewek udah bisa beli make up yang mahalan dikit. Udah banyak perubahan lah.
Bicara soal teman, kenangan, dan karier, telah menyadarkan kembali tentang kenyataan yang menyenangkan, dan juga kenyataan yang menyakitkan. Membuat aku teringat saat-saat pertama diterima di kampus dulu. Saat-saat ketika kita nggak pernah menyangka bisa jadi orang seperti sekarang ini.
Njir… bahasanya udah kayak pujangga, bagi THR dong!
***
“Eh, si dia kan dulu pinter banget, tapi kerjanya masa jadi ini. Kasian ya.”“He em, he em.”“Si dia juga, dia kan lulusan PTN, tapi kerjanya gitu doang.”“He em, he em.”“Tapi liat dong si itu, tau kan dia pas sekolah kayak gimana? Hahaha. Tapi sekarang jadi dokter, prakteknya di mana-mana.”“Iya, aku aja hampir ga percaya.”“Gila ya hidup, kaya roda berputar; kadang di atas, kadang ditindas. Hahaha.”
Ya walau ada temen kita yang sekolah atau kuliah pinter-pinter juga, dan setelah lulus, kariernya juga bagus. Tapi kasus yang begini mah nggak seru digossipin, anak pinter yang kemudian sukses mah biasa.
Cckck. Susah ya jadi orang pinter.
Aku sih nggak terlalu tau gimana perasaan temen-temen yang pinter tapi naas di dunia kariernya. Mungkin juga mereka ngerasa gini, ‘Kenapa karierku gini!? aku kan kuliahnya pinter! Kenapa gajiku lebih kecil dari si dia! Dia kan pas kuliah gitu!” – sama kayak kasus mahasiswa di atas
Soal dunia yang berputar, aku sepakat sih. Klise, tapi nyata. Hukum hidup ini mengajarkan kita bahwa setiap state hidup itu cuma sementara, nggak usah terlalu bangga sama diri sendiri.
Mau pinternya kayak apa juga, bicara di dunia kerja, maka kita berbicara tentang survival. Orang yang pinter belum tentu survive dan orang yang bego belum tentu nggak survive.
Pinter itu nggak menjamin sukses kariernya, tapi orang pinter itu dikasih otak supaya bisa mikir bahwa jadi pinter itu nggak cukup.
.........................
image source: beritasatu.com
Tags:
- Meraih Kesuksesan
- Sarjana Muda
- Pekerjaan
comment 0 komentar
more_vert