SUPER-WIFE - Seorang Ibu yang totalitas menjalankan perannya sebagai Istri, Ibu, Menteri Keuangan Keluarga, dan Businesswoman.
Belum lama ini aku ketemu sama kakak kelas yang lebih seneng dipanggil Mba daripada Bu De, padahal umurnya udah 40 tahunan. Tapi tetep keliatan muda dan cantik, walau beda usia kita hampir 18 tahun.
Singkat cerita, aku janjian dengan Mba ini di rumahnya. Dan setiba di depan rumahnya, Mba itu ngajak masuk ke dalam, cuma ada aku, dia, dan pembantu di rumah besar yang di garasinya terparkir sebuah mobil Camry keluaran tahun kemarin. Rumahnya lagi sepi. Suami dan anaknya sedang kerja dan sekolah sepertinya. Kami pun mulai berbicara berdua di teras.
Mba ini nyerocos bae orangnya. Gak bisa diem, seneng banget ngobrol. Maklum dia jebolan jurusan komunikasi. Orang komunikasi kan hyperactive. *dikeplak..
Saat itu, aku cuma mendengarkan, ceritanya asik-asik soalnya. Tentang dia yang pernah punya pabrik sepatu dengan 80 orang karyawan, punya kosan puluhan pintu berkualitas hotel tapi sewanya harga mahasiswa, punya usaha clothing & makanan dengan omzet ratusan juta, dan dia bisa melakukan itu di usianya yang relatif muda, juga seorang diri, dan dia seorang cewek loh guys! GILA! KEREN! What a woman! Jadikan aku muridmu suhu...!
Tapi ada satu cerita yang lebih menarik.
Di sela ceritanya, beliau lebih banyak menceritakan tentang anaknya yang punya IQ di atas 150. Hampir mengejar IQ Einstein 160-190. Dan gimana bisa, seorang businesswoman yang notabene sibuk banget dengan usaha-usahanya, masih punya waktu buat ngurusin anak sampe sejenius itu?! Kayaknya Mba ini punya kage bunshin deh. Nggak salah lagi, pasti dia punya kage bunshin. Atau jangan-jangan dia itu nenek Tsunade?
Penasaran dong apa yang si Mba lakukan pas lagi hamil? Ini parenting dan penting abis nih. Beliau pun menceritakan rahasianya.
Pas Mba hamil, dia selalu ngajak ngobrol kandungannya loh. Disetelin musik classic dan juga murotal Quran. Setiap ayahnya pergi dan pulang kantor, si Mba ngewajibin suaminya itu ngobrol dan pamitan sama anaknya, kalo sekali aja suaminya absen pamit, langsung kena tabok. Kasih sayang diberikan dengan real oleh kedua orang tuanya. Mba ini bilang, beliau bahkan sangat memperhatikan hal kecil yang sering diabaikan orang tua lainnya.
Bahkan setelah bayinya lahir, apa-apa harus Mba-nya yang turun tangan ngerjain walau punya pembantu. Dia anti banget dengan baby-sitter sepertinya. Dia gamau tugas seorang ibu digantikan oleh orang lain. Bahkan untuk ngegendong bayinya, dia gamau ada campur tangan orang lain selain suaminya. Membangun chemistry itu sangat penting. Beda kasus mungkin sama ibu-ibu metropolitan dewasa ini, yang obrolannya nggak jauh dari gossip dan barang diskonan.
Kelihatan sampe sekarang si anak ini nurut dan dekat banget sama ibunya. Selain cerdas, dia juga diajarin tentang kedisiplinan, tau aturan dan etika, rajin ibadah lagi. Beliau cerita juga ketika si anak terlambat sholat karena lagi asik main game di HP.
“Nak, udah sholat?”
“Bentar lagi Mah.”
“Sekarang! Kalo nggak, HP nya Mamah rusak!”
“Iya…”, masih maen game.
“Sini HP-nya!”
“…”
“BLETAK! Setahun ke depan, kamu nggak akan pegang HP lagi!”, HP-nya dipalu.
Setelah agak adem, anaknya nanya, “Mamah nggak sayang sama HP-nya?”, si Mba menjawab, “Mamah lebih sayang sama kamu.”, kemudian mereka berdua berpelukan dan bahagia selamanya.
…
Mba ini juga cerita, salah satu kunci dari parentingnya adalah tidak mengenalkan dia dengan tayangan TV dari lahir sampe usia 10 tahun. Segitunya ya?
Si Mba tau dan sadar banget kalo anaknya ini adalah investasi dunia dan akhiratnya. Beliau mengorbankan kesenangan pribadinya hanya untuk anaknya. Begitulah dia beralasan. Dan itu terbukti, anaknya menjadi anak yang berprestasi dan berbakti sama orang tuanya. Walaupun baru mengenalkan teknologi setelah usia 10 tahun, beliau nggak pernah takut anaknya ketinggalan teknologi. Wong anaknya jenius, bahkan saking jeniusnya, beliau pernah cerita tentang anaknya yang seneng banget baca buku pelajaran,
“Nak, ini ada buku cetak baru buat setahun.”
Besok paginya
“Ini mah buku cetaknya, aku dah pelajarin BAB satu tahun semalem.”
Ngeselin nggak nih anak?!
Anaknya ini pemenang olimpiade sains nasional sejak sekolah dasar (sekarang sudah SMA), bahkan sampe sekarang dia masih diminta mewakili Indonesia di ajang kompetisi internasional. Beberapa kali dalam setahun, 3-4 kali ke luar negeri bukan hal yang lumrah. Tawaran untuk perform di televisi juga sering berdatangan. Tapi seringnya Mba ini menolak. Alasannya, “Saya nggak mau anak saya merasa lebih hebat dibanding orang lain. Dan saya juga gamau anak saya dianggap hebat oleh orang lain. Saya khawatir anak saya punya mental berbangga diri.”
Luar biasa!
Siapa coba yang nanti gamau punya anak kayak gitu? Anak yang membanggakan buat keluarga dan negara-nya.
Nah, Mba ini adalah contoh dari seorang Ibu yang totalitas menjalankan perannya sebagai Istri, Ibu, Menteri Keuangan Keluarga, dan Businesswoman. Harus aku akui, dalem hati karena kagum, seandainya beliau masih muda dan single, udah aku pacarin kali.
Siapa yang nggak mau punya super-wife kayak beliau coba?! Dan orang kayak dia ternyata ada di muka bumi! Dan aku sangat beruntung bisa ketemu tanpa sengaja dengannya. Mungkin ini petunjuk Tuhan kali ya, biar aku bisa mencari calon istri yang baik, hehe. Curhat nyet?
Aku sedikit menganalisa, aku yakin nggak mudah bagi seorang cewek untuk bisa memilih hidup totalitas sebagai seorang ibu untuk anak-anaknya. Bisa dibayangkan ketika seorang cewek memilih menjadi wanita karir, waktunya banyak di kantor, sedangkan dia punya anak dan dititipin ke tetangga atau TPU (Tempat Pamakaman Umum). TPA (Tempat Penitipan Anak) nyeet...
“Mah, kalo aku nitipin barang berharga ke orang lain boleh gak?”
“Kalo bisa jangan, gak semua orang bisa dipercaya.”
“Terus kenapa Mamah nitipin aku ke orang lain?”
Aku jadi makin respect sama cewek-cewek yang seperti beliau. Yang rela melepas kesibukannya hanya untuk masa depan anaknya. Jelas sekali bahwa Mba ini bukan berasal dari didikan orang tua yang memanjakan beliau, dan terlihat jelas bahwa orang tua Mba Emy sangat mengedepankan konsep kemandirian. Huhuhu, pas nulis ini, aku jadi terharu. Maksudnya, ada gak ya wanita-wanita lain seperti Mba? Yang nggak bercita-cita hal lain, tapi cukup bercita-cita menjadi istri yang baik dan ibu yang baik untuk anak-anaknya.
Nah, buat cowok, hal ini adalah berita baik juga buat kamu yang masih jomblo, mumpung belom punya calon pasangan, semoga pengalamanku ini bisa jadi pertimbangan bagi kamu untuk menikahi calon ibu untuk anak-anak kalian. Kamu mau punya calon istri yang kayak gimana? Apakah calon istri yang cuma bisa dandan, atau calon ibu yang bisa memberikan tauladan?\
Disclaimer: aku udah minta izin ke yang bersangkutan untuk ceritanya bisa ditulis di blog ini. Makasih ya Mba atas sharingnya, semoga banyak wanita-wanita yang terinspirasi karena Mba.
Image Source: https://www.123rf.com/
Tags:
-Istri tauladan
-cara mendidik anak
-investasi
comment 0 komentar
more_vert